Gapura Dukuh Tunggul
Ada perasaan senang dan sedih saat aku memasuki Dukuh Tunggul Desa Weru Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Melihat kondisi jalan yang semakin baik dibanding 10 th yang lalu. Jalan utama sudah beraspal ini jauh berbeda dengan dulu yang hanya diperkeras pake batu sama pasir, bahkan untuk jalan-jalan diperkampungan juga sudah banyak yang diaspal dan sebagian dicor beton.
Dengan meningkatnya fasilitas jalan ini menambah lancarnya aktifitas warga sehingga kegiatan ekonomi warga juga semakin baik. Keadaan rumah-rumah warga juga tak kalah baiknya dengan kondisi jalannya. Rumah warga umumnya sudah banyak yang berdinding tembok hanya sebagian kecil saja rumah warga yang berdinding bambu atau kayu lainnya. Bahkan untuk pagar halaman malah sudah banyak yang memakai tembok bukan dari bambu seperti biasanya. Rupanya warga Dukuh Tunggul tidak mau ketinggalan dalam segi pembangunan dengan Dukuh lain di Desa Weru.
Sisa dari perayaan HUT RI juga masih terlihat dengan adanya gapura di pintu masuk Dukuh Tunggul ini. Keadaan ini meninggalkan kesan bahwa perayaan HUT RI di Dukuh Tunggul juga sangat meriah terbukti dengan adanya gapura yang dibangun oleh warga, walaupun hanya dengan bambu paling tidak ada kesadaran dari warga bahwa peringatan atau perayaan HUT RI masih perlu untuk diadakan.
Ketika memasuki persawahan tampak tumbuhan padi dan tumbuhan palawija tumbuh dengan suburnya, padahal persawahan di sekitar Dukuh Tunggul termasuk persawahan tadah hujan. Ini dikarenakan sistem irigasi yang berada jauh di sebelah barat tepatnya ditengah jalan utama Desa Weru.
Rasa senangku tiba-tiba hilang ketika aku mencoba mencari Sendang dengan pohon ringin tuanya. Kalau tidak salah dulu ada 2 buah sendang yang terletak di persawahan, sendang ini terlihat begitu sejuk dan jernih airnya, karena di sampingnya tumbuh pohon ringin yang sangat besar. Ternyata sendang itu telah dipugar dan dibangun layaknya sumur milik warga.
Pohon ringin dulu yang rindang itu entah kemana ? sudah mati atau memang sengaja ditebang ?. Sungguh ironis aset yang mahal dan indah ini seakan hilang tanpa bekas saja. Hanya batu-batu alam yang masih tersisa disekitar sendang ini. Batu-batu yang masih tertata walaupun tidak rapi ini merupakan saksi bisu bahwa di tempat tersebut pernah terdapat mata air yang berupa sendang yang dulu sangat fital fungsinya oleh warga.
Sedih rasanya, aku yang pernah cerita dengan semangat pada anak-anakku tentang sendang ini, ternyata tinggal sebuah sumur yang sudah tidak terawat dan tidak dipakai lagi oleh orang.
" Sendang Tua " yang kini merana
gan
ReplyDeletememang sih
sangat menyedihkan...
aku anak tunggul...
dulu aku sering
angon
wedus disitu...sama temem...
....
...salam kangen tempo dulu
Alhamdulillah...
ReplyDeletepalimg tidak klu kita mudik ke WERU bisa mengingat masa2 kanak kita yg menyenangkan...
klu kita melintas atau melihat bekas sendang itu..
" ISO KANGGO CRITO ANAK PUTU "