Semasa kecilku sering mendengar tentang hantu disekitar Desa Weru, ada bermacam-macam cerita dan namanya. Ada yang bernama " Glundung Pringgis, Lampor, Wedhon, Lenjing " dan masih banyak lagi sampai lupa aku akan nama dan tempat mereka yang katanya sering muncul.
Tapi dari sekian tempat, aku paling membekas dan terus teringat sampai sekarang adalah hantu atau memedi di " Thetheg ". " Theteg " adalah nama suatu tempat yang letaknya di tengah-tengah jalan sawah antara Bale Desa Weru dan Kali Anyar yang menjadi perbatasan atara Desa Weru dengan Desa Kalisige.
Konon " Thetheg " adalah bangunan Kompeni walondho ( begitu menurut cerita dari mertuaku ), semacam bangunan untuk irigasi atau jembatan kecil yang ada pada saat itu. Dan " Thetheg " ini dulunya adalah sungai yang nantinya kalau ditelusuri akan sampai atau bergabung dengan sungai " Kali Lor Omah ".
Waktu kecil dulu kami sering tidak boleh bermain di " Thetheg " kalau malam sudah menjelang, yang katanya di situ sering muncul hantu yang akan menculik anak-anak terutama yang suka rewel atau nangis. Bahkan untuk anak-anak yang lebih besar ada cerita lain lagi, konon di situ sering digunakan para maling/pencuri atau begal/perampok untuk mencengat orang yang lewat disitu atau tempat untuk mereka istirahat setelah mereka beraksi.
Mungkin ini hanya cerita orang tua biar anak-anaknya tidak keluar rumah terlalu jauh, karena pada waktu itu memang belum ada listrik dan kendaraan sebanyak sekarang. Mungkin juga cerita ini juga bukan isapan jempol belaka untuk menakut-nakuti anak-anak mereka.
Paling tidak cerita ini masih membekas dibenakku sampai sekarang, bahkan ketika aku sempatkan datang kelokasi ini masih terasa kebenaran akan cerita ini. Tapi keadaannya sudah jauh lebih rame dan tidak seserem dulu.
Didekatnya sekarang sudah ada orang jualan tahu kupat dan es walau hanya untuk siang hari. Dan jalan yang menuju kearah lapangan sepokbola malah sudah dicor beton.
Kondisi ini tentunya sudah menghilangkan kesan serem dan angker tempat ini. Bahkan disekitarnya sudah mulai ada bangunan untuk rumah para warga.
Yang jelas cerita tentang hantu " Thetheg " yang menakuti anak kecil, pernah aku dengar dan pernah menjadi omongan dari mulut ke mulut anak-anak pada masanya.
Mungkin ini jauh berbeda dengan kondisi anak-anak jaman sekarang mereka lebih takut cerita dari film yang mereka tonton tentang Monster atau Alien daripada cerita hantu dari orang tua mereka, yang sebenarnya cerita itu kalau diperhatikan adalah untuk mendidik mereka agar menjadi anak yang baik nantinya.
Mungkin ini hanya cerita orang tua biar anak-anaknya tidak keluar rumah terlalu jauh, karena pada waktu itu memang belum ada listrik dan kendaraan sebanyak sekarang. Mungkin juga cerita ini juga bukan isapan jempol belaka untuk menakut-nakuti anak-anak mereka.
Paling tidak cerita ini masih membekas dibenakku sampai sekarang, bahkan ketika aku sempatkan datang kelokasi ini masih terasa kebenaran akan cerita ini. Tapi keadaannya sudah jauh lebih rame dan tidak seserem dulu.
Didekatnya sekarang sudah ada orang jualan tahu kupat dan es walau hanya untuk siang hari. Dan jalan yang menuju kearah lapangan sepokbola malah sudah dicor beton.
Kondisi ini tentunya sudah menghilangkan kesan serem dan angker tempat ini. Bahkan disekitarnya sudah mulai ada bangunan untuk rumah para warga.
Yang jelas cerita tentang hantu " Thetheg " yang menakuti anak kecil, pernah aku dengar dan pernah menjadi omongan dari mulut ke mulut anak-anak pada masanya.
Mungkin ini jauh berbeda dengan kondisi anak-anak jaman sekarang mereka lebih takut cerita dari film yang mereka tonton tentang Monster atau Alien daripada cerita hantu dari orang tua mereka, yang sebenarnya cerita itu kalau diperhatikan adalah untuk mendidik mereka agar menjadi anak yang baik nantinya.
No comments:
Post a Comment
" jazakumullah khairan kathira, matur nuwun sanget menawi panjenengan purun ngisi komentar "